Worship With Heart
Yohanes adalah pribadi yang sangat dicintai Tuhan, ia berani
menempelkan kepalanya ke dada Tuhan, satu-satunya murid Tuhan yang tidak
lari dari ancaman ahli-ahli taurat, ketika Yesus dinaikkan keatas kayu
salib. Cintanya lebih besar daripada ketakutannya.
Kota Samaria adalah kota yang tidak mengindahkan kekudusan dalam
pernikahan. Ada perempuan Samaria yang sudah lima kali menikah, namun
tidak satupun berada dalam koridor pernikahan yang kudus. Ia kehilangan
hubungan sosialnya, ia mengambil air pada siang hari dimana semua orang
tidak melakukannya. Jika ia mengambil air pada pagi hari, ia akan
mendapat cemooh dari orang lain yang sedang menimba air. Perempuan ini
sangat kaya, tidak bergantung pada kekayaan laki-laki lain, parasnya
cantik, namun ia tak pernah merasa puas atas keadaannya. Ketika ia
berjumpa dengan Yesus, ada suatu gap yang memisahkan antara ia
dengan Yesus, karena perempuan Samaria tidak bergaul dengan orang
Yahudi. Ketika Yesus berkata bahwa Dia dapat memberikan kepadanya apa
yang tidak pernah ia miliki, perempuan ini tertarik mengikuti Yesus,
sehingga tidak ada lagi gap antara ia dengan Yesus. Perempuan
Samaria itu menjadi orang pertama yang menginjil dan menjadi saksi Yesus
dalam Perjanjian Baru sebelum para rasul bermunculan. Perempuan Samaria
hanya mengenal Tuhan dari jauh. Perjumpaan perempuan Samaria dengan
Yesus, mengajar kita bagaimana menyembah (pruskoneo, to kiss) dengan
keintiman (dari dekat). Melalui pribadi perempuan Samaria, Tuhan
mengajarkan suatu hubungan yang intim kepada Bapa di Surga.
Raja Daud, seorang yang senang memuji dan menyembah Tuhan. Firman
Tuhan berkata bahwa Daud tidak pernah pulang dengan membawa kekalahan,
ia seorang mighty warrior, hal ini terbukti ketika ia berada
dikemah orang fasik. Daud adalah seorang raja yang sangat
dihormati. Yang terutama dalam penyembahan bukanlah dirinya, bukanlah
jabatan yang ada, namun yang terutama dalam penyembahan adalah Tuhan itu
sendiri, ini dibuktikan dalam penyembahan Daud dikatakan sebagai mata
seorang laki-laki yang memandang kepada tangan tuannya. Dalam
penyembahan, bukan berbicara hanya merasakan kehadiran-Nya, namun kita
juga harus masuk sampai kedalamannya hingga bisa mencium Tuhan. (Mazmur
115:4-8) saat kita menyembah patung, kita akan seperti patung yang
memiliki mata namun tidak bisa melihat, yang memiliki telinga namun
tidak bisa mendengar. Jika kita menyembah Tuhan yang hidup, maka kita
akan menjadi seperti Dia. Sebagai mempelai wanita-Nya, kita harus
menyembah Dia dari hati.
Penyembah yang Benar
Yohanes 4:21
Kata
Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan
tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga
di Yerusalem.
Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 135; 2 Korintus 8; 1 Tawarikh 5-7
Wanita
Samaria yang bertemu Yesus itu takjub, karena pria yang dihadapannya itu
bisa mengungkap seluruh kehidupannya, padahal baru kali itu ia bertemu
Yesus. Wanita itu langsung tahu, bahwa Yesus adalah seorang Nabi Allah.
Kerinduannya untuk bertobat diungkapkan sang wanita Samaria dengan
bertanya, "Dimanakah tempat yang tepat untuk menyembah Allah?"
Saat itu
orang Samaria menyembah di gunung Gerizim, sementara orang Yahudi
menyembah Tuhan di bait Allah yang berada di Yerusalem. Bahkan bagi
orang Yahudi, orang Samaria adalah orang kafir dan najis. Namun Yesus
saat itu sebagai orang Yahudi tidak menyuruh wanita Samaria itu ke
Yerusalem. Sebab Yesus tahu, begitu Ia menggenapi tujuan-Nya kedunia
ini, yaitu menebus umat manusia di kayu salib, maka tidak lagi orang
perlu pergi ke tempat tertentu atau gereja tertentu untuk menyembah
Tuhan.
Melalui
penebusan Kristus, hubungan manusia dan Tuhan dipulihkan sehingga setiap
orang yang percaya kepada Yesus bisa menyembah Tuhan dimana saja dan
kapan saja.
Bagian
berikutnya Yesus menjelaskan "bagaimana?" kita menyembah Allah?
Jawabannya adalah "dalam roh dan kebenaran." Karena Allah adalah Roh,
tidak peduli seberapa baik usaha kita atau perbuatan baik, manusia
berdosa tidak dapat menyenangkan Allah yang Kudus. Kita harus memiliki
Roh Allah untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang adalah Roh. Oleh karena
itu, menerima Kristus dan menerima Roh-Nya adalah langkah pertama untuk
penyembahan yang benar. Langkah berikutnya adalah dilatih untuk hidup di
dalam Roh. Proses pelatihan ini disebut penyucian, atau sesuatu yang
diperuntukkan bagi karya-karya dan pelayanan Allah. Yesus berkata dalam
Yohanes 17:17, " Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah
kebenaran." Kita belajar hidup di dalam Roh dengan membaca, mempelajari,
merenungkan, dan menerapkan kebenaran firman Tuhan.
Seorang
penyembah sejati adalah orang yang menyembah dalam roh dan kebenaran,
setiap hari dan dimana saja. Seorang penyembah yang benar, menyembah
dari kedalaman hatinya dan menjadikan doa sebagai gaya hidupnya
sehari-hari.
Penyembahan yang sejati tidak dibatasi oleh waktu dan tempat dalam berhubungan dengan Tuhan.