Wednesday, June 4, 2014

Worship With Heart

Worship With Heart

Yohanes adalah pribadi yang sangat dicintai Tuhan, ia berani menempelkan kepalanya ke dada Tuhan, satu-satunya murid Tuhan yang tidak lari dari ancaman ahli-ahli taurat, ketika Yesus dinaikkan keatas kayu salib. Cintanya lebih besar daripada ketakutannya.
Kota Samaria adalah kota yang tidak mengindahkan kekudusan dalam pernikahan. Ada perempuan Samaria yang sudah lima kali menikah, namun tidak satupun berada dalam koridor pernikahan yang kudus. Ia kehilangan hubungan sosialnya, ia mengambil air pada siang hari dimana semua orang tidak melakukannya. Jika ia mengambil air pada pagi hari, ia akan mendapat cemooh dari orang lain yang sedang menimba air. Perempuan ini sangat kaya, tidak bergantung pada kekayaan laki-laki lain, parasnya cantik, namun ia tak pernah merasa puas atas keadaannya. Ketika ia berjumpa dengan Yesus, ada suatu gap yang memisahkan antara ia dengan Yesus, karena perempuan Samaria tidak bergaul dengan orang Yahudi. Ketika Yesus berkata bahwa Dia dapat memberikan kepadanya apa yang tidak pernah ia miliki, perempuan ini tertarik mengikuti Yesus, sehingga tidak ada lagi gap antara ia dengan Yesus. Perempuan Samaria itu menjadi orang pertama yang menginjil dan menjadi saksi Yesus dalam Perjanjian Baru sebelum para rasul bermunculan. Perempuan Samaria hanya mengenal Tuhan dari jauh. Perjumpaan perempuan Samaria dengan Yesus, mengajar kita bagaimana menyembah (pruskoneo, to kiss) dengan keintiman (dari dekat). Melalui pribadi perempuan Samaria, Tuhan mengajarkan suatu hubungan yang intim kepada Bapa di Surga.

Raja Daud, seorang yang senang memuji dan menyembah Tuhan. Firman Tuhan berkata bahwa Daud tidak pernah pulang dengan membawa kekalahan, ia seorang mighty warrior, hal ini terbukti ketika ia berada dikemah orang fasik. Daud adalah seorang raja yang sangat dihormati. Yang terutama dalam penyembahan bukanlah dirinya, bukanlah jabatan yang ada, namun yang terutama dalam penyembahan adalah Tuhan itu sendiri, ini dibuktikan dalam penyembahan Daud dikatakan sebagai mata seorang laki-laki yang memandang kepada tangan tuannya. Dalam penyembahan, bukan berbicara hanya merasakan kehadiran-Nya, namun kita juga harus masuk sampai kedalamannya hingga bisa mencium Tuhan. (Mazmur 115:4-8) saat kita menyembah patung, kita akan seperti patung yang memiliki mata namun tidak bisa melihat, yang memiliki telinga namun tidak bisa mendengar. Jika kita menyembah Tuhan yang hidup, maka kita akan menjadi seperti Dia. Sebagai mempelai wanita-Nya, kita harus menyembah Dia dari hati.

  Penyembah yang Benar

Yohanes 4:21
Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.



Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 135; 2 Korintus 8; 1 Tawarikh 5-7

Wanita Samaria yang bertemu Yesus itu takjub, karena pria yang dihadapannya itu bisa mengungkap seluruh kehidupannya, padahal baru kali itu ia bertemu Yesus. Wanita itu langsung tahu, bahwa Yesus adalah seorang Nabi Allah. Kerinduannya untuk bertobat diungkapkan sang wanita Samaria dengan bertanya, "Dimanakah tempat yang tepat untuk menyembah Allah?"

Saat itu orang Samaria menyembah di gunung Gerizim, sementara orang Yahudi menyembah Tuhan di bait Allah yang berada di Yerusalem. Bahkan bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah orang kafir dan najis. Namun Yesus saat itu sebagai orang Yahudi tidak menyuruh wanita Samaria itu ke Yerusalem. Sebab Yesus tahu, begitu Ia menggenapi tujuan-Nya kedunia ini, yaitu menebus umat manusia di kayu salib, maka tidak lagi orang perlu pergi ke tempat tertentu atau gereja tertentu untuk menyembah Tuhan.

Melalui penebusan Kristus, hubungan manusia dan Tuhan dipulihkan sehingga setiap orang yang percaya kepada Yesus bisa menyembah Tuhan dimana saja dan kapan saja.

Bagian berikutnya Yesus menjelaskan "bagaimana?" kita menyembah Allah? Jawabannya adalah "dalam roh dan kebenaran." Karena Allah adalah Roh, tidak peduli seberapa baik usaha kita atau perbuatan baik, manusia berdosa tidak dapat menyenangkan Allah yang Kudus. Kita harus memiliki Roh Allah untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang adalah Roh. Oleh karena itu, menerima Kristus dan menerima Roh-Nya adalah langkah pertama untuk penyembahan yang benar. Langkah berikutnya adalah dilatih untuk hidup di dalam Roh. Proses pelatihan ini disebut penyucian, atau sesuatu yang diperuntukkan bagi karya-karya dan pelayanan Allah. Yesus berkata dalam Yohanes 17:17, " Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." Kita belajar hidup di dalam Roh dengan membaca, mempelajari, merenungkan, dan menerapkan kebenaran firman Tuhan.
Seorang penyembah sejati adalah orang yang menyembah dalam roh dan kebenaran, setiap hari dan dimana saja. Seorang penyembah yang benar, menyembah dari kedalaman hatinya dan menjadikan doa sebagai gaya hidupnya sehari-hari.   


Penyembahan yang sejati tidak dibatasi oleh waktu dan tempat dalam berhubungan dengan Tuhan.
 

No comments:

Post a Comment